Fulbright Research Presentation on Chemistry

Fulbright presentation of chemistry

Fulbright adalah salah satu beasiswa bergengsi dunia untuk dana pendidikan dan riset, baik untuk mahasiswa maupun tenaga pengajar. Dua orang dosen Kimia Fakultas MIPA Untan telah berhasil menyelesaikan penelitian yang dibiayai oleh Fulbright pada tahun 2019. Mereka adalah Nelly Wahyuni, PhD yang menyelesaikan studi doktoralnya di Perancis dan Risa Nofiani yang lulus doktoral dari University of Bristol, United Kingdom.

Pada 3 Mei 2019 lalu, mereka mempresentasikan hasil penelian dalam kegiatan Fulbright Research Presentation on Chemistry. Presentasi ini dihadiri oleh sejumlah mahasiswa sarjana Kimia MIPA, mahasiswa Magister kimia MIPA, para alumni, dosen, guru-guru SMA/sederajat dan para praktisi lainnya seperti dokter wewan dan lain-lain.

Ibu Risa Noviani, PhD mempresentasikan penelitiannya tentang Memanfaatkan Genom Bakteri untuk Eksplorasi Senyawa Obat. Beliau pun menceritakan bahwa sebelum berangkat ke Inggris, beliau harus menjalani sejumlah vaksin sebagai syarat masuk ke negara tersebut. Ini adalah salah satu bukti bahwa virus penyakit-penyakit berbahaya seperti Polio dan TBC masih ditakuti, bahkan oleh negara maju seperti Inggris meskipun penyakit tersebut sudah jarang kita temui saat ini.

Padahal, berdasarkan studi literatur yang dilakukan oleh Ibu Risa Noviani, PhD, saat ini banyak mikroba penyebab penyakit telah resisten terhadap sejumlah antibioktik. Menurut data WHO, angka kematian karena penyakit infeksi akan menjadi 10 juta pada tahun 2050. Bukan karena kita tidak memiliki antibiotik, tetapi karena mikroba penyebab infeksi telah resisten terhadap sejumlah antibiotik itu sendiri.

Ibu Risa Noviani pun berhasil mengisolasi anti mikroba yaitu jenis senyawa poliketida dari bakteri streptomyces sp. yang  bisa diperoleh dari berbagai sumber di Kalimantan Barat seperti lumpur manggrove Mempawah, sedimen dan spons.

Berbeda cerita, Ibu Nelly Wahyuni, PhD mencoba mengantisipasi  energi masa depan. Beliau memanfaatkan clay dari Capkala yang dimodifikasi dengan ZnCl untuk emisi cahaya yang menjadi sumber Organic Light Emitting Diode (OLED) atau pemancar cahaya dari bahan-bahan organik. Bahan organik  yang biasa digunakan sebagai sumber OLED seperti  kesumba, rumput laut, kunyit dan wortel.

Selain sebagai alternatif energi masa depan, clay juga bersifat menahan radiasi sinar UV dari matahari. Ibu Nelly Wahyuni, PhD mengajak kita bermimpi, seandainya clay Capkala dilirik untuk dimanfaatkan sebagai sunblock, Kalimantan Barat akan memiliki pendapatan daerah yang meningkat. Karena saat ini harga clay Capkala untuk 1 ton-nya adalah berkisar di harga Rp 300.000.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *